Senin, 21 September 2009

MEMAAFKAN SEBUAH PENGURBANAN

Tidak ada hari tanpa pertemuan dan komunikasi. Semakin banyak orang dan semakin banyak pertemuan, semakin banyak pula kemungkinan terjadi hal-hal yang kurang berkenan, sekalipun rencana dan persiapan matang untuk mencapai satu tujuan mulia, namun satu atau lebih hal yang tidak diinginkan ikut terjadi.

Kewaspadaan sangat penting untuk mengantisipasi segala sesuatu yang tidak diinginkan. Dari hal kecil sampai sistem keamanan yang super ketat, semuanya untuk menjaga agar segala rencana dan persiapan matang dapat terwujud dengan memuaskan dan tidak gagal atau berantakan sia-sia.

Suatu hal bisa terjadi di luar rencana, bahkan terkadang tidak disangka-sangka hancur berantakan karena ulah oknum tertentu atau bisa dikatakan sebagai musibah. Apa yang bisa diperbuat oleh kelompok atau secara individual untuk mengatasi hal demikian? Secara profesional dapat disadari bahwa rencana yang dipersiapakan bisa berhasil baik dan sekaligus bisa juga gagal sehingga mengecewakan banyak pihak baik langsung maupun tidak langsung.

Perbuatan sederhana namun sangat mulia adalah dengan menyadari bahwa kegagalan merupakan hal yang bisa dan biasa terjadi pada siapa saja meskipun tidak ada seorangpun mengharapkan kegagalan itu. Bila sudah menyadari bersama, maka akan mudah melakukan hal mulia itu, yaitu memaafkan dan mencoba bersama untuk memperbaiki dan mencoba memberikan yang terbaik dengan segala kemampuan yang ada. Tidak perlu malu atau putus asa, dan tetap semangat menatap ke depan. Memang terasa sulit bagi kita yang sulit memaafkan dan tidak ikhlas menerima kenyataan yang kurang menguntungkan.

Memaafkan suatu pengurbanan dan tindakan terpuji yang perlu dipupuk dihati masing-masing orang beriman. Tidak mencari kesalahan orang dan kekurangan diri, tetapi mencari dimana letak permasalahannya dan bagaimana cara menemukan solusi terbaik, sehingga ada alternatif lain untuk tetap mencapai tujuan atau muncul rencana baru yang lebih baik untuk menggantikan kekecewaan dari keberhasilan yang tertunda itu.

Ternyata berkurban bagi sesama sudah mendarah daging dan selalu diharapkan selama ada nafas dan denyut jantung ini. Dari hal yang paling sederhana sampai yang luar biasa, dari kalangan terdekat sampai yang bersifat umum atau sangat luas. Meaafkan memang sebuah pengurbanan dan terpuji, sehingga perlu kita budayakan dan kita pupuk diantara kita, sehingga tidak ada iri, dengki, dendam dan permusuhan. Damai sebuah harapan yang akan terwujud dengan memaafkan, karena tidak ada satupun orang yang tidak bersalah dan berdosa.

Ciptakan damai dengan memaafkan, melalui pengurbanan kita dari hal yang paling kecil disekitar kita. keluarga damai....masyarakat damai....bangsa damai.....dunia damai..... I HOPE SO.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar