Kamis, 12 Februari 2009

JALAN PINTAS MENJADI PINTAR

Sering kita bertanya pada anak kecil, siapa yang ingin pintar? Lalu anak kecil itu pasti mengatakan atau menjawab " saya " sambil tunjuk jari. Tapi kalau pertanyaan itu diberikan pada anak remaja atau anak SMA, maka mereka pasti sudah mulai berfikir dan menjawab dalam hati " mau ada tugas apa lagi nih ? "

Sebenarnya tidak sulit untuk menjadi pintar, yaitu dengan cara seperti anak kecil itu, yaitu percaya bahwa tujuan pertanyaan itu adalah bukti kasih sayang orang lain pada dirinya. Tidak ada prasangka buruk untuk orang lain, tidak ada rasa curiga apapun ( curiga, iri, sakit hati hanya buang-buang energi), tetapi anak kecil selalu dengan sungguh-sungguh memperhatikan pertanyaan dan mencoba menjawab bukan menghindari pertanyaan atau pura-pura tidak mendengar/ pura-pura tidak melihat ( tidak berani melihat guru ) seperti yang sering dilakukan oleh anak setingkat SMA.

Bagaimana serabut saraf otak kita bekerja ( kerja neuron ) ? Otak memiliki jutaan neuron, dan tiap-tiap neuron dapat menyimpan jutaan konsep atau pengetahuan. Dan konsep apapun dapat langsung tersimpan dengan baik asal kita serius dalam menerima konsep itu, dalam pengertian bila kita sedang ingin memahami satu konsep jangan sampai ada konsep lain yang berbeda topik yang ingin masuk atau dimasukkan secara bersamaan. Misalnya kita sedang belajar biologi dalam keseriusan kita meneliti, lalu ada gangguan informasi atau pengumuman tertentu, maka salah satu yang dipahami secara khusus yang akan masuk ke dalam serabut saraf, atau tidak masuk dua-duanya bila kita memperhatikannya setengah-setengah. Hanya dalam perhatian khusus dan serius, konsep yang kita lihat dengan sungguh akan otomatis menempel di otak kita. Satu contoh, bila kita akan ada ulangan, dan kita akan belajar, sementara ada beban tugas yang harus segera dikumpulkan, maka kita tidak bisa menghafal atau belajar secara serius dan konsep akan sulit tersimpan di otak kita bila ada hal yang masih mengusik untuk dilakukan. Bereskan segala permasalahan diri, lalu siapkan diri dengan ketenangan, baca, atau dengarkan yang ingin dipelajari, yakinlah semua akan langsung menempel di otak sebagai pengetahuan yang kuat dan tidak mudah lupa. Dan kita tidak perlu belajar lama-lama.

Orang sering mengatakan cerdas atau pintar adalah keturunan atau ditentukan oleh gen. Ada benarnya, tetapi apakah ada anak atau siswa yang sudah setingkat SMA dikatakan tidak cerdas? Setiap siswa yang sudah bisa membaca dan menulis pasti cerdas, kalau mereka belum tahu banyak hal seperti siswa lain yang selalu dapat ranking satu misalnya, bukan berarti siswa yang lain tidak pintar atau tidak cerdas. Yang ada pada siswa SMA biasanya malas bukan tidak cerdas. Memang ada anak yang rajin, dan biasanya orang akan mengatakan cepat paham dan kita katakan cerdas, namun ada siswa yang kurang rajin sehingga agak terlambat untuk paham maka kita sering katakan kurang cerdas. Padahal kalau guru pandai-pandai mengelola kelas, pasti tidak ada seorang siswa pun yang tidak cerdas, karena mereka mendapat kesempatan sama untuk berhasil dan memahami materi.

Kesimpulannya? Jalan pintas untuk cerdas adalah tanamkan rasa percaya pada diri sendiri bahwa saya pasti bisa, lalu mulai mempelajari topik yang ingin dikuasai dengan tanpa gangguan dari dalam ataupun dari luar ( bebas masalah ). Percayalah bahwa setiap insan memiliki kecerdasan dan dapat menggali materi dengan caranya masing-masing sesuai potensi yang dimilikinya. Siswa yang dinilai berhasil adalah siswa yang dapat mengungkapkan yang dipahaminya saat siswa belajar, yang berarti siswa dapat menuangkan apa saja yang telah digali dan yang diperlukan dalam mempelajari satu bahasan tertentu. Siswa berhasil, pendidikan berhasil dan kualitas pendidikan baik karena siwa mampu mengaplikasikan seluruh potensinya untuk setiap pokok bahasan, dan . . . mudah sekali menjadi cerdas dan berkualitas. ( tidak perlu menyontek . . . hari gini nyontek? . . . Say no " nyontek " !!! )


1 komentar:

  1. "...Yang ada pada siswa SMA biasanya malas bukan tidak cerdas...", saya sependapat dengan kalimat ini. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki potensi yang sama untuk menjadi ahli pada suatu bidang. Hanya saja terkadang rasa malas itulah yang membuat mereka tidak mampu meraihnya, sehingga dikatakan "tidak cerdas".
    Nah kalau soal nyontek menurut saya terkait dengan kurangnya rasa percaya diri. Jujur saja, saya juga dulu suka nyontek kok. he he he jadi malu ^^
    Cuma setelah saya sadar kalau ternyata menyontek itu tidak benar dan malah bisa menurunkan kecerdasan kita, ya nyontek itu akhirnya saya tingalkan.

    BalasHapus