Kamis, 05 Februari 2009

SEHIDUP SEMATI DENGAN KAMBING HITAM

Sering kita mendengar kata " kambing hitam " yang dapat diartikan secara denotatif dan konotatif. Secara denotatif kambing hitam adalah kambing yang dipiara mang Ujang yang kemarin sudah beranak 4 ekor, dan kambing hitam itu sangat disayangi keluarga mang Ujang, karena dapat memberi penghidupan pada keluarga mang Ujang. Bila arti secara konotatif, mendapat kambing hitam ini tidak ada yang suka, namun sering menggunakannya, karena kambing hitam yang ini tidak usah membeli, tinggal ambil kapanpun memerlukan ( awas jangan terlalu banyak makan kambing hitam yang satu ini, bisa-bisa masuk neraka didunia dan akherat . . serammm )
Mencari kambing hitam dalam pengertian melempar kesalahan atau pembenaran diri dengan mengalihkan pada obyek lain ( bisa berupa benda, hewan, tumbuhan atau manusia ). Secara turun temurun kita sudah diajari dan mengajari anak kita bahkan sejak balita. Satu contoh, bila anak kecil atau bayi kecil kepalanya kena tiang penyangga Box tempat tidur bayi itu, lantas ibu anak itu akan mengatakan " diam sayang... jangan menangis ya??... tiang besi ini yang nakal ya??? " , padahal yang salah adalah ibunya sendiri tidak hati-hati saat mengangkat anaknya dari tempat tidur atau dari box bayi itu.
"Kambing hitam" umurnya terlalu tua tetapi tetap menarik karena tidak bisa keriput atau terkena rematik, tidak pernah orang bosan mengambil / mendekatinya, bahkan menyimpannya sampai mati. Wah-wah... sumpah sehidup semati dengan kambing hitam nihhhh?
Sepandai-pandainya melempar kesalahan pada orang lain, suatu saat pasti akan mendapat imbalan sesuai perbuatan yang sesungguhnya. Bagi pemelihara " kambing hitam " segera bertobat sebelum hukuman kekal menimpa, dan jangan pikir orang lain tidak mengetahui kalau kita memelihara " kambing hitam " yang mematikan itu. Kalau kita bisa pintar, orang lainpun mungkin lebih pintar, jadi yang baik itu orang lain yang memaklumi kita menggunakan kambing hitam, bukan karena orang lain yang tidak tahu kalau kita gunakan dia sebagai kambing hitam. Sadar dari sekarang saja yuuuukk Amin

1 komentar:

  1. Saya setuju dengan kalimat "Sepandai-pandainya melempar kesalahan pada orang lain, suatu saat pasti akan mendapat imbalan sesuai perbuatan yang sesungguhnya"

    BalasHapus