Sabtu, 21 Februari 2009

POWER POINT

Belajar dengan hanya mendengarkan cerita atau ceramah memang sudah bukan jamannya lagi. Dunia komputerisasi sudah merambah di sekolah mulai tingkat TK sampai perguruan tingi, dari kota sampai pelosok desa, semua sudah mengenal internet dan media pembelajaran yang efektif. Menggunakan Power point adalah salah satu pendekatan yang disukai oleh siswa dan guru. Bagaimana menggunakan Power Point dengan benar pada proses pembelajaran?

Sesungguhnya model pembelajaran saat ini banyak dibantu dengan alat-alat elektronik yang sangat canggih, kita mau menggunakan apa saja tinggal pilih, tinggal menyesuaikan dengan jenis materi dan kondisi siswa. Permasalahannya, apakah nilai- nilai humanisme masih dapat dikembangkan? Karena dengan menggunakan Power Point misalnya, masih banyak yang kurang memahami arti dan manfaat yang sesungguhnya. Membuat Power Point masih kurang memenuhi kriteria yang baik, misalnya hanya mengcopy atau menyalin secara utuh tulisan dari buku. Ukuran tulisan sangat kecil ( minimal New Roman skala 28 ), dan satu slide mestinya maksimal 8 baris / kalimat, namun diisi uraian panjang lebar dengan kalimat-kalimat yang sangat luas, yang sebaiknya hanya diisi materi inti dan kalimat yang pendek-pendek bermakna luas seperti arti sesunguhnya dari Power poin adalah titik kuat. Kebanyakan menggunakan Power Point hanya menggantikan metode ceramah, yang semula dibacakan atau diucapkan oleh guru, namun diganti dengan tulisan-tulisan menggunakan slide Power Point. Sebaiknya power point hanya sekedar membantu Proses Pembelajaran, bukan mengambil alih proses komunikasi antara guru dengan siswa diganti komunikasi komputer dengan siswa. Lebih heran lagi ada seminar atau penataran dengan pembicara kondang, yang membahas tentang bagaimana mengajar menggunakan media dan metode yang benar, namun cara yang dipakai oleh pembicara hanya menggunakan power point alias ceramah, dan pembicara selama memberi materi duduk manis sambil tekan-tekan remote menggerakkan Power Point, peserta seminar sibuk mencatat dengan cepat agar tidak ketinggalan menulis, sebelum slide ditekan untuk diganti tayangan slide berikutnya.

Proses pembelajaran sebaiknya tetap terjalin komunikasi yang hidup antara guru dengan siswa, atau antara pembicara dengan audien, lebih baik lagi komunikasi aktif dengan melibatkan siswa sebagai subyek belajar yang lebih dominan untuk menggali materi. Sehingga segala potensi siswa dapat dikembangkan sendiri, dan guru hanya membimbing dan memotivasi, bukan menggantikan dengan Power Point yang hanya mengelabuhi kualitas diri dengan tulisan-tulisan materi yang sudah disiapkan, yang belum tentu penyampai materi memahami dengan sungguh.

Bila setiap guru menggunakan Power Point selama proses belajar mengajar, dan siswa mengcopy dengan USB, apakah akan ada jalinan kasih yang bisa dikembangkan? Lalu bagaimana menilai afektif dan psykomotor siswa? Siswa akan bosan dan mudah mengantuk, karena Power Point bukan hal istimewa lagi. Siswa pasif hanya menonton tayangan yang monoton.

Sebaiknya penggunaan power Point mengggunakan waktu tidak lebih dari 25 % waktu PBM, agar waktu siswa untuk aktif belajar tetap lebih banyak, dan power Point bukan pengganti guru untuk berbicara, tetapi membantu PBM dan pembantu tidak bisa mengambil alih pemeran utama. Semoga dapat dipahami bersama, jangan sampai terjadi kebiasaan malas, catat habis sampai tuntas menggunakan model baru dengan Power Point.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar